Batik Trusmi
- Semua orang di Indonesia pasti tahu batik dari motif atau coraknya,
namun tak banyak yang tahu batik secara mendalam. Sehingga banyak orang
yang sulit membedakan mana batik tulis yang menggunakan canting atau
mana batik gabungan cap, printing maupun tulis. Mayoritas pembatik di
Indonesia adalah berjenis kelamin perempuan, karena perempuan di percaya
lebih teliti dan sabar dalam menggoreskan cantingnya ke kain batik,
namun bukan berarti tidak ada laki-laki penulis batik, ada namun
jumlahnya sedikit.
Batik Trusmi -
Di Indonesia kebanyakan, laki-laki atau seorang suami tidak menyukai
seorang perempuan yang mandiri. Mereka lebih suka, perempuan yang hanya
menjadi ibu rumah tangga saja, tanpa ada kegiatan lain. Mereka
berpandangan bahwa hanya seorang laki-laki saja yang bekerja. Padahal,
di negara-negara maju perempuan lebih mandiri, dan sudah pasti mereka
mempunyai kendali atas hidupnya sendiri. Mengingat di Indonesia yang
negaranya masih berkembang, tidak selamanya perempuan bergantung pada
orang lain. Kecuali jika semua laki-laki di Indonesia sudah kaya dan
mapan. Namun bukan berarti perempuan melupakan kodratatnya dan
emansipasi yang berlebihan, namun disini lebih di tekankan agar
perempuan tidak selalu mengandalkan orang lain.
Di
artikel ini di berikan contoh, bahwa perempuan bisa lebih mandiri
dengan membatik. Dengan kelebihannya yang teliti, perempuan bisa
berperan di berbagai hal dalam membatik. Mulai dari mendesign pola atau
menggoreskan cantingnya. Dengan daya imajinasinya yang kreatif,
perempuan bisa membuat pola yang indah. Di sini tentu saja, pemerintah
bisa berperan sebagai pembentuk organisasi pemberdayaan perempuan.
Banyak sisi positif yang bisa di ambil dari situ. Dengan demikian sentra
pengrajin batik di daerah-daerah akan semakin berkembang. Asalkan
pemerintah mau membantu mempromosikan. Dan beruntung juga di Indonesia
banyak pengusaha-pengusaha batik, batik trusmi
Cirebon misalkan. Desa batik yang sudah sangat terkenal ini mampu
memberdayakan warga-warga sekitarnya. Para pengrajin bisa memanfaatkan,
karyanya untuk di jual atau di salurkan ke pengusaha-pengusaha ini, tapi
tentu saja harus dengan quality control yang baik. Dengan demikian,
para perempuan bisa mengisi waktunya sambil membatik, dan lebih baiknya
lagi menghasilkan.
No comments:
Post a Comment