Batik Trusmi – Banyak orang bijak berkata bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu mencintai dan menjaga kebudayaan bangsanya sendiri.Banyak macam ragam dan jenis budaya yang dimiliki negeri tercinta ini, mulai dari budaya yang bersifat abstrak hingga kongkret hingga sampai budaya tersebut mejadi ciri khas atau identitas bangsa ini karena budaya tersebut telah mendarah daging dan sudah menjadi kebiasaan dalam hidup bermasyarakat sehari-hari. Masyarakat yang mencintai negaranya biasanya mampu membawa eksistensi budaya negaranya hingga ke eropa, dan tentu saja memasarkan budaya sebagai tujuan wisata internasional yang menghasilkan devisa tinggi. Tentu saja eksistensi batik di eropa pun bisa kita tingkatkan.
batik trusmiSeperti contoh budaya batik yang menjadi lambang atau simbol orang pribumi yang masih berbau kraton,misalnya orang-orang dilingkungan kraton surakarta, jogjakarta atau batik trusmi cirebon membuat dan memakai batik setiap hari atau setiap ada acara di kraton, itu merupakan suatu budaya yang telah menjadi suatu adat kebiasaan yang mencermikan kepribadian diri manusia tersebut.
Keindahan motif dan corak batik tidak hanya membuat orang Indonesia terpukau, begitupun juga dengan reaksi warga asing, mereka spontan luluh dengan pesona batik yang rupawan. Inilah kebanggaan yang ditemukan oleh para Putra-Putri Batik Nusantara. Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang eksistensinya telah diakui industri mode internasional. Berbagai selebriti dunia seperti Jessica Alba mengenakannya dan desainer Amerika, Diane von Furstenberg pun mengaplikasikannya ke dalam koleksinya.
  • Alasan Mengapa Batik Lebih Sulit Laris di Pasarkan Di Eropa
Yang pertama adalah fakta dimana diversifikasi batik belum terlalu kuat. Tentu saja kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang pasar eropa sukai. Negara seperti eropa atau amerika pasti memiliki selera yang berbeda. Tidak bisa disamakan dengan apa yang laku di jual di Indonesia lantas di pasarkan ke luar.
Hal ini berkaitan dengan ‘taste’ yang dimiliki tiap orang. Ini juga mengingatkan kita akan gaya Eropa yang didominasi Paris dan Milan untuk urusan mode. Milan yang gaya desainnya sangat kental nuansa dekoratif, tradisi dan glamor sangat bertolak belakang dengan Paris yang siluetnya bersih, struktural dan mengedepankan pakem timeless.
Industri mode internasional yang saat ini sedang dihantam krisis ekonomi tentunya juga beradaptasi dengan garis rancangan yang simpel dan siap pakai. Produk yang tadinya dikerjakan secara detail terpaksa mengalami penyederhanaan untuk menekan ongkos produksi. Hal inipun harus menjadi pertimbangan saat membawa batik ke pasar internasional. Ketika pasar internasional memesan batik tulis dalam jumlah ribuan sudah tentu sulit untuk menjaga konsistensi warna. Dalam hal ini batik printing akan lebih unggul, tapi yang di khawatirkan semakin lama batik tulis akan semakin di tinggalkan. (batik trusmi)