Batik Cirebon
- Ketua I Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) 'Sekarjagad', GBPH
Prabukusumo berharap setiap kota dan kabupaten di DIY memiliki
laboratorium batik yang dikelola secara profesional.
Harapan
tersebut disampaikan GBPH Prabukusuma sebelum Diskusi Batik Cirebon,
'Pengaruh Hubungan Kekerabatan Kasultanan Mataram dengan Kasultanan
Cirebon dalam Mewariskan Tradisi Batik' oleh tokoh batik Cirebon, H
Komarudin Kudiya SIP MDs, di Aula Heritage Bank Indonesia lantai 1
Yogyakarta. Acara diselenggarakan PPBI 'Sekarjagad' dan dirangkai
pameran serta bazaar Batik Cirebon, 21-23 November, pukul 09.00-16.00.
Batik Cirebon
- "Keberadaan laboratorium batik mampu meningkatkan kemampuan siswa,
atau masyarakat luas untuk gemar membatik. Ini juga bisa membuka minat
wisatawan, dengan 2-3 jam bisa membuat batik sendiri. Minimal syal atau
saputangan. Hingga nanti, batik bisa dinikmati seluruh penjuru dan
pelosok daerah," ujarnya.
Laboratorium Batik, lanjutnya, merupakan
komitmen semua pihak untuk mendorong agar batik betul-betul bisa jadi
pakaian resmi tiap orang. Agar masyarakat bisa memahami bahwa lebih
bergengsi jika menggunakan batik, bukan tekstil motif batik. Itu
berkaitan dengan kearifan lokal dan kenyamanan dalam berbusana. Harus
ditunjukkan bahwa batik itu luar biasa dan merupakan kebanggaan.
Komarudin
mengungkapkan, hubungan kekerabatan antara Kasultanan Cirebon dengan
Kasultanan Mataram berdampak pada perkembangan batik-batik yang mewarnai
Cirebon, dan sebaliknya. Adanya ikatan pernikahan antara dua kesultanan
tersebut tidak menutup kemungkinan mengakibatkan adanya pertukaran
teknik produksi, ragam hias ataupun tenaga ahli dalam bidang
perbatikan.(batik cirebon)
No comments:
Post a Comment