Batik Cirebon
- SOSOK sederhana melekat pada diri Nelson Mandela. Meski tokoh
anti-apartheid itu telah meninggal dunia, kesederhanaan dan kerendahan
hatinya sebagai pemimpin tetap menjadi inspirasi.
"Bagi banyak
orang, Nelson Mandela adalah ikon dan pejuang hak asasi manusia yang
tersohor. Tapi, bagi mereka yang mengenal dekat beliau, Nelson Mandela
adalah seorang teman yang rendah hati," kata George Bizos, pengagum
berat Mandela yang akhirnya menjadi teman dekat sang tokoh. Itu
disebabkan sifat rendah hati Mandela.
Bizos masih tercatat sebagai
mahasiswa tingkat satu Fakultas Hukum Universitas Wits di Kota
Johannesburg saat kali pertama bertemu Mandela. "Kami bertemu dalam
kongres pemuda ANC pada 1948," kenangnya. Saat itu dia mengenal Mandela
sebagai tokoh yang tampan dan berpakaian rapi. Selain gaya berbusana,
dia mengenang Mandela sebagai politikus yang vokal.
"Dia pembicara
yang andal. Dalam kongres tersebut, panitia tidak menyediakan pengeras
suara. Tapi, dia bisa dengan mudah membuat pidatonya didengar seluruh
peserta kongres," lanjut Bizos. Usai pertemuan pertama itu, dia mengaku
ketagihan bisa terus bertemu Mandela. Mereka lantas berteman. Apalagi,
setelah itu, mereka sama-sama gigih memperjuangkan anti-apartheid di
Afrika.
Batik Cirebon
- Persahabatan tersebut masih tetap terjalin sampai saat Mandela
menjabat presiden. Dalam kenangan Bizos, Mandela bukan hanya presiden
rendah hati yang anti-apartheid. Dia juga sosok pemimpin yang peduli
masyarakat miskin. Dia tidak segan menyumbangkan harta kekayaannya untuk
kepentingan kaum papa. Bahkan, dia juga mendirikan yayasan amal yang
peduli pada masyarakat miskin.
Lahir dari keluarga sederhana di
desa terpencil, Mandela paham benar bahwa kekayaan tidak untuk dipendam
sendirian. Maka, dia menggunakan hartanya untuk kepentingan banyak
orang. Terutama untuk mendanai kampanye HAM dan meningkatkan kelayakan
hidup masyarakat miskin. Dia pun tetap menjaga kesederhanaannya dengan
hidup bijaksana.
Di mata Amina Frense, putri mantan narapidana di
penjara Pulau Robben, Mandela adalah inspirasi. Meski punya banyak harta
dan tenar, dia tidak pernah mempedulikannya. "Dia tidak pernah berpikir
bahwa yang dia lakukan untuk kaum papa dan kulit hitam membawa dampak
luar biasa bagi dunia," ucap perempuan asal Afrika Selatan (Afsel) yang
berprofesi sebagai jurnalis itu.
Nama besar tidak pernah membuat
Mandela keblinger. Meski namanya sering menghiasi media dalam dan luar
negeri, tokoh berjuluk Madiba (bahasa Xhosa untuk kata bapak) tersebut
tetap sederhana. Batik tetap menjadi salah satu busana favoritnya. Dia
juga tidak pernah menutup diri kepada orang lain. Karena itulah, dia
punya begitu banyak teman dari berbagai lapisan masyarakat.(batik cirebon)
No comments:
Post a Comment